Salam Dulu baru baca ^_^

Salam Dulu baru baca ^_^

Sabtu, Desember 26, 2009

SHAUM ASYURA, Hukum, Keutamaan, Sejarah, dan Cara Pelaksanaannya

Abu Syuja Albanjary 18 Desember jam 19:42 Balas
Shaum ‘âsyûrâ` adalah shaum (puasa) hari âsyûrâ`, yaitu hari ke-10 bulan Muharram. Shaum pada hari ini memiliki keutamaan yang sangat besar. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang shaum pada hari Asyura`, maka beliau menjawab :

“(Shaum tersebut) menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lewat.” [HR. Muslim 1162)

Shaum ini merupakan shaum sunnah. Dulu Nabi shalallahu’alaihi wa sallam biasa melakukannya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ummul Mu`minin Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu’anha :

“Dulu kaum Quraisy biasa bershaum hari ‘Asyura pada masa jahiliyyah. Dan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam juga terbiasa bershaum pada hari tersebut (yakni sebelum beliau berhijrah ke Madinah).” [HR. Al-Bukhâri 2002, Muslim 1125]

Ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam telah berhijrah dan tiba di Madinah, beliau mendapati Yahudi Madinah ternyata juga bershaum pada hari tersebut. Maka beliau bertanya kepada mereka. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma :

Bahwa Nabi shalallahu’alaihi wa sallam ketika tiba di Madinah, beliau mendapat Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura. Maka beliau bertanya (kepada mereka) : “Hari apakah ini yang kalian bershaum padanya?” Maka mereka menjawab : “Ini merupakan hari yang agung, yaitu pada hari tersebut Allah menyelamatkan Musa beserta kaumnya dan menenggelamkan Fir’aun bersama kaumnya. Maka Musa bershaum pada hari tersebut dalam rangka bersyukur (kepada Allah). Maka kami pun bershaum pada hari tersebut” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bershaum pada hari tersebut dan memerintahkan (para shahabat) untuk bershaum pada hari tersebut. [HR. Al-Bukhari 2004, 3397, 3943, 4680, 4737. Muslim 1130]

Maka awal setiba beliau di Madinah, beliau memerintahkan para shahabatnya untuk melaksanakan shaum pada hari ‘Asyura. Bahkan menjadi shaum wajib bagi kaum muslimin. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu’anha :

“Dulu Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam memerintahkan (para shahabat) untuk bershaum pada hari ‘Asyura. Namun ketika diwajibkan shaum Ramadhan, maka jadilah bagi siapa yang mau boleh bershaum (’Asyura`) dan barangsiapa yang mau boleh juga tidak bershaum.” [Al-Bukhari 2001, Muslim 1125]

Kewajiban tersebut diperkuat dengan adanya seruan umum atas perintah Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam , sebagaimana dikisahkan oleh Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu’anhu :

Nabi shalallahu’alaihi wa sallam memerintahkan seseorang dari Aslam untuk mengumumkan kepada manusia : “Bahwa barangsiapa yang telah terlanjur makan, maka hendaknya ia bershaum pada sisa hari tersebut. Barangsiapa yang masih belum makan, hendaknya ia bershaum. Karena sesungguhnya hari ini adalah hari ‘Asyura` “. [HR. Al-Bukhari 2007, Muslim 1135]

Demikianlah, pada awal mula hijriah shaum ‘Asyura` merupakan kewajiban atas kaum muslimin.

Namun kemudian kewajiban tersebut dihapus dengan turunnya perintah shaum Ramadhan. Hal ini berdasarkan penegasan shahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma :

“Nabi shalallahu’alaihi wa sallam melaksanakan shaum ‘Asyura, dan memerintahkan (para shahabat) untuk bershaum juga pada hari tersebut. Namun ketika shaum Ramadhan diwajibkan, maka (shaum ‘Asyura) ditinggalkan.” [HR. Al-Bukhari no. 1892]

Juga sebagaimana penuturan ‘Aisyah radhiyallahu’anha :

“Ketika turun perintah shaum Ramadhan, maka shaum Ramadhan menjadi kewajiban, dan ditinggalkanlah (kewajiban) shaum ‘Asyura`. Jadinya barangsiapa yang mau boleh bershaum pada hari tersebut dan barangsiapa yang mau boleh tidak bershaum pada hari tersebut” [HR. Al-Bukhari 4504]

Maka dihapuslah kewajiban shaum ‘Asyura`, dan hukumnya berubah menjadi mustahab (tidak wajib).

Namun dalam pelaksanaanya, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam tidak suka kalau hanya dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram saja. Beliau menginginkan untuk berbeda dan menyelisihi kaum Yahudi yang juga punya kebiasaan bershaum ‘Asyura`. Maka beliau menginginkan untuk melaksanakannya pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

Hal ini sebagaimana dituturkan oleh shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma :

Ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bershaum pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk bershaum pada hari itu, para shahabat shahabat berkata : “Itu adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashara.” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Bila tiba tahun depan Insya Allah kita (juga) akan bershaum pada hari ke-9 (bulan Muharram).”

Ibnu ‘Abbas berkata : Namun belum sampai tahun depan kecuali Nabi shalallahu’alaihi wa sallam telah wafat terlebih dahulu. [HR. Muslim no. 1134]

Oleh karena itu shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma menegaskan :

“Bershaumlah pada hari ke-9 dan ke-10, selisihilah kaum Yahudi!” [HR. ‘Abdurrazzaq dalam Mushannaf¬- nya 7839, Al-Baihaqi IV/287. Diriwayatkan juga oleh At-Tirmidzi dalam Sunan-nya di bawah hadits no. 755]

Dalam riwayat lain, disebutkan agar bershaum pada tanggal 9 dan 10, atau 10 dan 11, atau 9, 10, 11.

“Bershaumlah kalian pada hari ‘Asyura, dan selisihilah kaum Yahudi. Bershaumlah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” [HR. Ahmad 1/241, Ibnu Khuzaimah 2095]

Berarti shaum dilaksanakan tanggal 9 dan 10 Muharram, atau 10 dan 11 Muharram

Dalam riwayat lain dengan lafazh :

“Bershaumlah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.” [HR. Al-Baihaq IV/287]

Berarti shaum dilaksanakan tanggal 9, 10, dan 11 Muharram.

Namun tentang kedudukan hadits tersebut, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah menyatakan bahwa sanadnya dha’if (lemah). Karena adanya perawi yang lemah, yaitu Ibnu Abi Laila. Dia adalah perawi yang jelek hafalannya. Ibnu Abi Laila yang jelek hafalannya ini meriwayatkan hadits tersebut secara marfu’ (sampai kepada Nabi), yang riwayatnya tersebut berbeda dengan riwayat perawi lain yang lebih kuat hafalannya, yaitu ‘Atha` dan lainnya, yang mereka meriwayatkan hadits tersebut secara mauquf (hanya ucapan) shahabat Ibnu ‘Abbas. Riwayat yang mauquf ini shahih sebagaimana diriwayatkan oleh Ath-Thahawi dan Al-Baihaqi. Demikian penjelasan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ta’liq Shahih Ibni Khuzaimah no. 2095.

Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah berkata :

“Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam mensyari’atkan kepada kita untuk bershaum sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.

- bershaum pada hari ke-9 dan ke-10 ini yang paling utama.

- kalau bershaum pada hari ke-10 dan 11 maka itu sudah mencukupi, karena (dengan cara itu sudah) menyelisihi Yahudi.

- kalau bershaum semuanya bersama hari ke-10 (yaitu 9, 10, dan 11) maka tidak mengapa. Berdasarkan sebagian riwayat : “Bershaumlah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.”

- Adapun bershaum pada hari ke-10 saja maka makruh.”

[Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah XV/403, fatwa no. 158]

Jadi, yang paling utama adalah shaum hari ke-9 dan ke-10.

Namun, para ‘ulama lainnya ada yang berpendapat bahwa yang paling utama adalah bershaum tiga hari, yaitu 9, 10, dan 11 Muharram. Ini merupakan pendapat Ibnul Qayyim (dalam Zadul Ma’ad II/76) dan Al-Hafizh (dalam Fathul Bari).

Pendapat ini dikuatkan pula oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah. Beliau berkata :

“Shaum ‘Asyura` memiliki empat tingkatan :

Tingkat Pertama : bershaum pada tanggal 9, 10, dan 11. Ini merupakan tingkatan tertinggi. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad : Bershaumlah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. Selisihilah kaum Yahudi.” Dan karena seorang jika ia bershaum (pada) 3 hari (tersebut), maka ia sekaligus memperoleh keutamaan shaum 3 hari setiap bulan.

Tingkat Kedua : bershaum pada tanggal 9 dan 10. Berdasarkan sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam : “Kalau saya hidup sampai tahun depan, niscaya aku bershaum pada hari ke-9.” Ini beliau ucapkan ketika disampaikan kepada beliau bahwa kaum Yahudi juga bershaum pada hari ke-10, dan beliau suka untuk berbeda dengan kaum Yahudi, bahkan dengan semua orang kafir.

Tingkat Ketiga : bershaum pada tanggal 10 dan 11.

Tingkat Keempat : bershaum pada tanggal 10 saja. Di antara ‘ulama ada yang berpendapat hukumnya mubah, namun ada juga yang berpendapat hukumnya makruh.

Yang berpendapat hukumnya mubah berdalil dengan keumuman sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam ketika beliau ditanya tentang shaum ‘Asyura`, maka beliau menjawab “Saya berharap kepada Allah bahwa shaum tersebut menghapuskan dosa setahun sebelumnya.” Beliau tidak menyebutkan hari ke-9.

Sementara yang berpendapat hukumnya makruh berdalil dengan sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam : “Selisihilah kaum Yahudi. Bershaumlah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” Dalam lafazh lain, “Bershaumlah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.” Sabda beliau ini berkonsekuensi wajibnya menambahkan satu hari dalam rangka menyelisihi (kaum Yahudi), atau minimalnya menunjukkan makruh menyendirikan shaum pada hari itu (hari ke-10) saja. Pendapat yang menyatakan makruh menyendirikan shaum pada hari itu saja merupakan pendapat yang kuat.”

sumber : http://www.facebook.com/notes/rodiah-hasan-akil/shaum-asyura-hukum-keutamaan-sejarah-dan-cara-pelaksanaannya/223915239910

Minggu, Desember 20, 2009

Catatan Abu Fauzan Al-palimbany: Teruntuk Sahabatku....

Sahabat bukanlah matematika yang bisa dihitung nilainya...

Sahabat juga bukanlah ekonomi yang bisa dihitung secara materi...

Sahabat yang baik adalah bekal di kala susah dan perhiasan di kala senang

Sahabat yang bisa memotivasi diri untuk belajar dan menguatkan semangat meraih ilmu

Dari Abu Musa Al Asy'ari, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang jahat, bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi anda bisa membeli darinya, atau dia bisa memberi anda minyak wangi, atau anda mendapatkan aroma yang harum. Adapun pandai besi, ia akan membakar baju anda atau anda mendapatkan bau yang tidak enak." (Muttafaq 'alaih)

Jiwa cenderung mengikuti teman pergaulannya, maka dari itu seseorang bisa dilihat dari cerminan teman bergaulnya. Di antara penyakit jiwa dikarenakan banyak bergaul dengan orang yang malas, pendosa, dan jahat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bers abda,

“Seseorang sesuai dengan agama temannya, maka hendaklah seseorang memperhatikan siapa teman bergaulnya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi, Beliau mengasankannya. Al Hakim menshahihkannya, dan disetujui olem Imam Adz-dzahabi”

Teman bergaul ada 4 macam, yaitu:

1.Teman bergaul laksana makanan yang tidak bisa ditinggalkan dalam sehari semalam. Apabila sudah terpenuhi keperluannya, ia bisa ditinggalkan. Apabila ia diperlukan, kita bisa kembali kepadanya. Mereka adalah para ulama.

2. Teman bergaul laksana obat, yang dibutuhkan ketika sakit. Selama kita sehat, kita tidak perlu bergaul dengannya. Mereka bisa saja dokter, teman belajar, tetangga, kerabat, atau teman kerja
3. Teman bergaul laksana penyakit, dengan berbagai perbedaan tingkatan, macam, kekuatan, dan kelemahannya. Ada yang memberikan penyakit kronis, parah, bahkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
4. Teman bergaul yang menghantarkan kepada kebinasaan, bergaul dengannya ibarat menenggak racun yang mematikan. Mereka adalah ahlul bid’ah yang sesat dan menyesatkan, orang-orang fasiq, penjahat, dan ahlul ma’ashiy yang melakukan dosanya secara terang-terangan.

Semoga Allah melimpahkan taufiq dan hidayahNya agar kita senantiasa bergaul dengan ahlul ‘ilm yang bisa membantu kita dalam amal kebajikan, selalu mengingatkan kita dari kesalahan kita dengan cara yang baik dan bijak, selalu mendorong kita untuk lebih bersemangat dalam menuntut ilmu agama…dan menghantarkan kita menuju surgaNya…Aamiin

Sahabat – sahabatku…hatiku merindukan kalian T_T…anna Uhibbukum Fillaah…>>yang lagi merindukan kalian

Seseorang pernah bertutur,

"Kawan sejati adalah.......kawan yang mau berbagi dengan kita...
Ketika kita salah, dia adalah orang yang mau mengingatkan kita, sehingga kesalahan kita itu tidak membawa kepada kekufuran.

Ketika kita benar, dia adalah orang yang mau mengingatkan kita, bahwa dengan kebenaran yang ada janganlah kita takabbur, sehingga melupakan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai sumber kebenaran hakiki.

Ketika kita mendapat musibah, dia selalu menasihati kita untuk bersabar bahwa semua itu adalah kasih sayang Allah 'Azza wa Jalla dengan menguji keimanan hambaNya.

Ketika kita mendapat kelapangan, dia akan turut berbahagia, dengan kelapangan yang ada pada kita, dan memberikan taushiyah akan pentingnya bersyukur kepadaNya.

Yang terpenting dari kawan sejati adalah.....dia tidak akan segan-segan mengajak kita ke surga dan mencegah kita terjerumus neraka Allah Subhanahu wa Ta'ala."
(Dikutip dari risalah seorang kawan)


*******************************
Maraji’ :

Muhammad bin Shalih Alu ‘Abdillah, Abul Qa’qa, 102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, Surabaya: Pustaka ELBA, 2005

sumber : http://www.facebook.com/notes/abu-fauzan-al-palimbany/teruntuk-sahabatku/200231716658

Jumat, Desember 18, 2009

Jangan Angkat Gelas Terlalu Lama!!!

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: “Seberapa berat menurut kalian kira-kira segelas air ini?” Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.

“Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya,” kata Covey.

“Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”

“Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya,” lanjut Covey.

“Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.” Kita harus meninggalkan beban kita secara periodic, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban tersebut.”

“Bukan beban berat yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.” Stephen Covey.

* Anda setuju ?

oOo

“Dan janganlah kamu merasa hina dan janganlah kamu bersedih padahal kalianlah yang paling tinggi jika kalian beriman”. (Ali Imran : 139)

sumber : http://www.facebook.com/home.php?#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1169870330203

Kunci ZuhuD

Aku Tahu;
Rizki Ku Tak Mungkin Diambil Orang Lain;
Karenanya Hati Ku Tenang;

Aku Tahu;
Amal-amal Ku Tak Mungkin Dilakukan Orang Lain;
Maka Aku Sibukkan Diri Ku Untuk Beramal;

Aku Tahu;
ALLAH Selalu Melihat Ku;
Karenanya Aku Malu;
Bila ALLAH Mendapati Ku Melakukan Kemaksiatan;

Aku Tahu;
Kematian Menanti Ku;
Maka Ku Persiapkan Bekal;
Untuk Berjumpa Dengan Rabb Ku;

(Hasan Al Bashri)


Asmaul Husna...;-)

Kebaikan Iman Itu Ialah Dengan Beramal Sholeh..;-)
Kebaikan Hati Ialah Dengan Niat;-)
Kebaikan Niat Ialah Apabila Dilandasi Oleh Keikhlasan Karena ALLAH SWT..;-)

sumber : http://www.facebook.com/notes/-loveriks-es-/kunci-zuhud-/198225822235

Mari Berzikir....


Dalam hadits Qudsi (HR. Bukhari) , Allah SWT berfirman :

"Barang siapa yang sibuk berzikir mengingat-Ku hingga lupa berdoa, niscaya Aku akan berikan padanya hal terbaik yang pernah Aku berikan kepada mereka yang berdoa."

Hadist riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah Ta'ala berfirman:

"Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.

Membumikan Tahun Baru Hijriyah

a. Pendahuluan.

Beberapa tahun terahir, antara tahun baru hijriyah dan tahun baru masehi berdekatan, bahkan pernah bersamaan. Umat islam di belahan dunia merayakan dan menyambut tahun baru Masehi dengan bersukaria, bahkan terkesan menghambur-hamburkan harta benda. Seperti, makan, minum, serta busana khusus yang dipesiapakan untuk menyambut tahun baru masehi, tak terkecuali umat islam. Di Negeri Indonesia yang mayoritas beragama islam juga menyambut tahun baru Masehi. Bahkan lebih semarak dari pada tahun baru Hijriyah. Tahun baru Hijriyah nyaris tidak diketahui oleh mayoritas umat islam di belahan nusantara. Bagaimana merayakan!? Wong tidak tahu, sebenarnya Hijriyah itu mahluk apa?

Ini merupakan sebuah kewajaran, walaupun bangsa Indonesia sebagian besar beragama islam. Akan tetapi, peranan Negara dan pemerintah, dalam hal ini Depag, jarang sekali mengenalkan Penanggalan Hijriyah. Sekolah Formal, mulai tingkat SD-perguruan tinggi juga jarang yang menggunakan penanggalan Hijriyah. Kadang, sekolah swasta yang berbasis agama, juga lebih sreg menggunakan penanggalan Masehi. Karena penanggalan Masehi lebih membumi di bumi Indonesia, dari pada penanggalan Hiriyah yang mulai terlupakan.

b. Sejarah Penggunaan Hijriyah.

Pada masa pemerintahanya, dalam surat menyurat tidak tertulis tanggal, bermula dari sebuah surat yang diterima dari Gubernur Kuffah, Abu Musa al-Asaary. Tertulis dalam surat tersebut bahwa tidak ada tanggalnya. Akhirnya Umar mengumpulkan para sahabat untuk merumuskan masalah tersebut, Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib selaku tokoh-tokoh sahabat. Tujuanya adalah bermuswarah untuk penanggalan islam. Dalam sebuah diskusi atara pemuka sahabat, muncul beberapa pendapat, antara lain. Memulai penanggalan islam sejak kelahiran Nabi, ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa penanggalan islam dimulai pada masa kerasulan Nabi. Ada juga yang mengatakan bahwa yang paling tepat adalah dimulai ketika Nabi isra’ mi’roj. Ada juga pendapat, agar dimulai ketika hijrah dari Makkah ke Madinah.

Setelah melalui perdebatan, maka mereka sepakat bahwa penanggalan islam dimulai sejak hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah. Disepakati awal kalender islam dari hijranya Nabi, sangat beralasan.

Karena makna hijrah adalah perubahan dan pembahruan, artinya dalam sebuah perjalanan Nabi dari Makkah ke Madinah adalah sebuah proses perubahan dari kondisi yang kurang baik menuju kondisi yang lebih baik atau dari tempat yang tidak aman menuju tempat yang aman. Dalam sebuah literatur, makna hijrah adalah berpindah dari satu tempat ketempat lain dengan tujuan menyelamtkan aqidah (keyakinan), sehingga semua aktifitas ibadah, muamalah, belajar mengajar berjalan dengan baik tanpa ada ancaman dan ganguan.

Nabi membuktikan, di Madinah beliau mampu membangun peradapan baru, masyarakat baru, Negara baru berdasarkan kaidah-kaidah syariat. Nabi mampu mengayomi semua lapisan masyarakat yang beraneka ragam keyakinan dibawah kepemipinaya yang adil. Masyarakat baru yang dibangun oleh Nabi adalah “ Masyarakat Madani”, yang mengedepankan nilai-nilai moral, etika dan ahlaqul Karimah. Dalam waktu singkat, terbentuklah daulah islamiyah sebagaimana yang rencanakan tuhan di muka bumi ini.

Di dunia Arab, seperti Arab Saudi, Syiria, Mesir, penggunaan kalender islami masih eksis. Tak terkecuali juga Negara-negara islam di Jazirah Arab lainnya. Hanya saja, mereka tidak merayakan tahun baru Hijriyah sebagaimana orang Eropa merayakan tahun baru Masehi. Hanya sebagian kecil Negara Arab yang melestarikan tahun baru hijriyah dengan melasanakan perayaan-perayaan sebagaimana orang Eropa dan Amerika. Akan tetapi, gaungnya masih kalah dengan mereka. Orang Arab lebih suka merayakan hari kemerdekaan negaranya masing-masing. Kendati demikian, bukan berarti penanggalan Masehi tidak dipergunakan. Ada sebagian Negara Arab yang lebih suka menggunakan Kalender Masehi dari pada Kalender Arab Hijriyah.

Di Negara Asia, khususnya Negara Indonesia, mulai ada tren baru. Sebagian umat islam merayakan tahun baru dengan “dzikir bersama”, pengajian umum, lomba-lomba, serta beragam kegiatan dilakukan untuk merayakan tahun baru Hijriyah. Apa yang dilakukan sebagian besar orang Islam di Indonesia merupakan langkah membumikan tahun baru Hijriyah yang mulai terkikis dan tergeser oleh budaya perayaan baru Masehi. Maraknya perayaan tahun baru hijriyah oleh sebagian kalangan umat islam adalah budaya tandingan (counter culture) terhadap pergantian tahun yang cendrung merupakan hura-hura belaka (Azyumardi Azra; Jawa Pos 29-12 2008).

Tren baru ini perlu dilestarikan, karena ini merupakan awal yang baik, budaya tandingan mesti dibangun agar budaya hura-hura bisa terkendali. Jika Umar membangun budaya baru dengan “ kalender hijriyah”, sebagai pengikut Nabi mesti mewarisi sifat Umar yang suka membangun budaya baru sehingga menjadi warisan bagi generasi akan datang. Jangan sampai kita terbelenggu dengan dogma-dogma yang melarang merayakan dzikir bersama karena tidak berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Atau memberikan cap’’ tersesat’’, sebagaimana kebanyakan buku-buku yang melarang ‘’perayaan maulid Nabi’’. Semangat Umar bin Khattab mesti diteladani, karena menghidupkan tahun Arab dikalangan umat islam mulai hilang, bahkan nyaris ditinggalkan. Banyak sudah generasi islam yang tidak tahu kelender islam. Padahal, mereka tahu dan hafal mereka tidak hafal sebagaiamana kalender Masehi.

C. Renungan Tahun Baru Hijriyah.

Pergantian tahun berarti bertambah pula usia manusia. Berarti, jatah hidup tiap-tiap manusia berkurang, dan usia dunia ini mendekati hari penentuan (qiamat). Jika mengikuti filsafat ‘’ padi’’, semakin tua semakin merunduk, semakin matang dan siap di panen. Begitu juga manusia, semakin tua usianya, mestinya semakin bijaksana dan semakin matang berfikirnya, serta semakin dekat dengan tuhan. Oleh karena itu, hendaknya semakin memperbanyak ibadah kepada-Nya. Jangan sampai menjadi’’ tua-tua keladi, makin tua makin menjadi-jadi’’.

Di tahun yang baru ini, semoga niat, tekad memperbaiki kesalahan dan kekuarangan yang pernah dilakukan pada tahun lalu. Menyambut tahun baru, dengan semangat baru, serta pola dan gaya hidup yang sehat lahir dan batin. Tidak ada yang lebih baik disisi Allah SWT kecuali mengakui semua kesalahan dan kekurangan kita selama ini. Manusia tempat salah dan lupa, tapi sebaik-baik orang yang salah, mereka yang mengakui kesalahan itu, dan mau memperbaikinya. Mari kita membumikan bulan Muharram. Dan mengenalkan kepada semua umat islam dimana saja berada, kita rayakan dengan beragam kebaikan, bukan merayakan dengan cara hedonis dan berfoya-foya. Wallau a’lam

sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/17/membumikan-tahun-baru-hijriyah/

Kamis, Desember 17, 2009

Makna Tahun Hijriyah

Menyambut tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1421H Sebagai umat Islam sebaiknya kita tahu nama bulan-bulan dalam kalender Islam tersebut. Ada banyak makna dari tiap bulan-bulan pada Tahun Islam ini sbb:

Tahun Hijriyah adalah kalender Islam yang didasarkan atas peredaran bulan (qamariyah). Maka tidaklah salah apabila ada yang menyebutnya tahun Qamariyah. Tahun Hijriyah dihitung dari hijrahnya Nabi Muhammad saw. sebagai tahun pertama. Penetapan tahun hijriyah dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khatthab, tepatnya pada tahun keempat ia berkuasa, yakni hari Kamis, 8 Rabi'ul Awal tahun 17 Hijriyah.

Sebelum penetapan tahun Hijriyah, dari masa ke masa dihitung berdasarkan peristiwa-peristiwa penting. Seperti penamaan "Tahun Azan" sebagai tahun pertama, karena pada saat itulah disyariatkan azan. Atau penamaan "Tahun Wada" yang artinya "perpisahan" sebagai tahun ke sepuluh. Sebab, pada masa itulah, Nabi Muhammad saw, melaksanakan haji wada' yang merupakan haji terakhir sebagai perpisahan dengan kaum muslimin.

Tahun Hijriyah terdiri dari 12 (dua belas) bulan dengan jumlah hari 30 dan 29 yang silih berganti setiap bulan. Penetapan bulan sebanyak 12 ini, sesuai dengan firman Allah SWT,

"Sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah ada dua belas, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara bulan-bulan itu, ada empat bulan yang dihormati (Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab). Itulah ketetapan agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri (maksudnya mengerjakan perbuatan yang melanggar kehormatan bulan-bulan itu dengan mengadakan peperangan) pada bulan-bulan itu. Perangilah kaum Musyrik itu semuanya sebagaimana mereka memerangimu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (Q.S. At Taubah: 36).

A. Nama-nama Bulan Penamaan bulan-bulan dalam tahun Hijriyah disesuaikan dengan masa yang sedang mereka (Bangsa Arab) jalani.

  1. Muharram, nama bulan pertama. Artinya, yang diharamkan atau yang menjadi pantangan. Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan tersebut berlaku sampai masa awal Islam. Namun larangan berperang pada bulan itu tidak berlaku lagi sejak turun firman Allah SWT, "Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusirmu. (Mekah)." (Q.S. Al Baqarah: 191). Para Ulama juga sependapat mengenai telah dicabutnya larangan berperang itu, dengan alsan yang sangat kuat, para sahabat melakukan peperangan pada bulan tersebut
  2. Shafar, nama bulan kedua. Artinya, kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan itu semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.
  3. Rabiu'ul Awal, nama bulan ketiga. Berasal dari kata rabi (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninggalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Antara lain : Nabi Muhammad saw lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.
  4. Rabi'ul Akhir, nama bulan keempat. Artinya masa menetapnya kaum laki- laki untuk terakhir atau penghabisan.
  5. Jumadil Awal, nama bulan kelima. Berasal dari kata jumadi (kering) dan awal (pertama). Penamaan Jumadil awal, karena bulan ini merupakan awal musim kemarau, dimana mulai terjadi kekeringan.
  6. Jumadi Akhir, nama bulan keenam. Artinya, musim kemarau yang penghabisan.
  7. Rajab, nama bulan ketujuh. Artinya mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini. Antara lain dengan melarang berperang, namaun sebagaimana telah disebutkan di muka, larangan tersebut telah dicabut dalam Islam.
  8. Syaban, bulan kedelapan. Artinya berkelompok. Penamaan Sya'ban karena orang-orang Arab pada bulan ini, lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka'bah (Baitullah).
  9. Ramadhan, nama bulan kesembilan. Artinya sangat panas. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al-Quran. Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan aneka keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-peristiwa sebagai berikut :
    a. pertama kali Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran.
    b. salah satu malam dalam bulan ini, Allah SWT jadikan malam Lailatul Qadar, yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun untuk memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah.
    c. bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib.
    d. pada bulan ini kaum muslimin dapat menaklukan kaum musyrik dalam perang Badar Kubra.
    e. pada bulan ini juga Nabi Muhammad saw berhasil mengambil alih kota Mekah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.

    Dilihat dari fungsinya, bulan Ramadhan memiliki beberapa nama, antara lain:
    a. Syshrul Quran, adalah bulan pertama ayat-ayat Al Quran diturunkan.
    b. Syahrul Tilawah, adalah bulan pertama pembacaan Al Quran. Maksudnya bulan untuk menekunkan diri (memperbanyak waktu) dengan membaca dan mempelajari Al-Quran.
    c. Syahrul Shiyam, adalah bulan diwajibkan puasa bagi umat Islam.
    d. Syahrush Shabri, adalah bulan untuk melatih kesabaran.
    e. Syahrun Najah, adalah bulan pelepasan dari azab neraka (pengampunan)
    f. Syahrur Rahmah, adalah bulan yang penuh limpahan rahmat.
    g. Syahrul Ala'i, adalah bulan yang penuh kenikmatan dan limpahan karunia.
  10. Syawal, nama bulan kesepuluh. Artinya, kebahagiaan. Maksudnya kembalinya manusia ke dalam fitrah (kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta saling bermaaf-maafan. Itulah yang membahagiakan.
  11. Zulqaidah, nama bulan kesebelas. Berasal dari kata Zul (pemilik) dan Qa'dah (duduk). Penamaan Zulqaidah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatinya dengan duduk-duduk di rumah.
  12. Zulhijjah nama bulan kedua belas. Artinya yang menunaikan haji. Penamaan Zulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam as. menunaikan ibadah haji.
sumber : http://chalidbest.blogspot.com/2008/01/menyambut-tahun-baru-hijriyah-1.html

Sabtu, Desember 12, 2009

happy MiLad buat ikhwah


Kamu, Tulang Rusukku!

Untuk renungan bersama...
Kisah yang penuh iktibar, semoga kita dapat mengambil pengajaran daripadanya.

WANITA: Menurut kamu, saya ini siapa?
LELAKI: (Berfikir sejenak, lalu menatap WANITA dengan pasti)

Kamu, tulang rusukku! Kerana Allah melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam sedang lena tidur, Allah mengambil rusuk Adam dan menciptakan Hawa. Semua LELAKI mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hatinya....

Setelah menikah, pasangan itu mengalami masa yang indah dan manis untuk sementara. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kelelahan hidup yang ada. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas.

Pada suatu hari pada akhir sebuah pertengkaran WANITA lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak 'Kamu tidak cinta saya lagi!!!'. LELAKI sangat membenci ketidakdewasaan WANITA dan secara spontan juga berteriak 'Saya menyesali pernikahan ini! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!!!'

Tiba-tiba WANITA terdiam, dan berdiri kaku untuk beberapa saat. LELAKI menyesali akan apa yang sudah dia katakan, tetapi seperti air yang telah tertumpah tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, WANITA kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. 'Kalau saya bukan tulang rusukmu, biarkan saya pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing' .

Lima tahun berlalu.
LELAKI masih belum menikah, tetapi berusaha mencari kabar akan kehidupan WANITA. WANITA pernah ke luar negeri tetapi sudah kembali. Dia pernah menikah dengan seorang asing dan bercerai. LELAKI agak kecewa jika mengetahui WANITA tidak menunggu, sepertinya. Dan di tengah malam yang sunyi, dia meminum kopinya dan merasakan sakit di hatinya. Tetapi LELAKI tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan WANITA.

Suatu hari, mereka akhirnya bertemu kembali. Di airport, tempat di mana banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas.

LELAKI: Apa kabar?

WANITA: Baik... Kamu sudah menemui tulang rusukmu yang hilang?

LELAKI: Belum.

WANITA: Saya akan terbang ke New York dengan penerbangan berikut. Saya akan kembali 2 minggu lagi. Telepon saya kalau kamu ada waktu. Kamu tahu nombor telepon saya kan ? Tidak ada yang berubah.
WANITA tersenyum manis, berlalu mengucapkan 'Selamat tinggal..'

Satu minggu kemudian, LELAKI menerima kabar WANITA adalah salah seorang korban Menara WTC. Malam itu, sekali lagi, LELAKI meneguk kopinya dan kembali merasakan sakit dihatinya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena WANITA, tulang rusuknya sendiri yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

Kita melampiaskan 99% kemarahan walau kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya adalah penyesalan. Seringkali penyesalan itu datang di kemudiannya, akibatnya setelah kita menyadari kesalahan kita, semua sudah terlambat... Karena itu, jagalah dan sayangilah orang yang dicintai dengan sepenuh hati...

Sebelum mengucapkan sesuatu berfikirlah dahulu,apakah kata-kata yang kau ucapkan akan menyakiti orang yang dicintai? Kira merasakan akan menyakitinya, sebaiknya jangan pernah dikatakan. Karena semakin besar risiko untuk kehilangan orang yang dicintai. Jadi berpikirlah, apakah kata-kata yang akan diucapkan sebanding dengan akibat yang akan diterima??

Tak perlu mencari teman secantik BALQIS,
Jika diri tak seindah SULAIMAN,
Mengapa mengharap teman setampan YUSUF,
Jika kasih tak setulus ZULAIKHA,
Tak perlu diri menjadi seteguh IBRAHIM,
Jika tak sekuat SARAH,
Mengapa didamba teman hidup seistimewa KHADIJAH,
Jika diri tak se sempurna RASULULLAH S.A.W

sumber : http://www.facebook.com/inbox/?ref=mb#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1227980313303

Renungan MAKNA WAKTU

Untuk memahami makna SATU TAHUN
Tanyalah seorang siswa yang gagal dalam ujian kenaikan kelas

Untuk memahami makna SATU BULAN
Tanyalah seorang ibu yang melahirkan bayi prematur

Untuk memahami makna SATU MINGGU
Tanyalah seorang editor majalah mingguan

Untuk memahami makna SATU HARI
Tanyalah seorang pekerja dengan gaji harian

Untuk memahami makna SATU JAM
Tanyalah seorang gadis yang sedang menunggu kekasihnya

Untuk memahami makna SATU MENIT
Tanyalah seseorang yang ketinggalan kereta

Untuk memahami makna SATU DETIK
Tanyalah seseorang yang selamat dari kecelakaan

Untuk memahami makna SATU MILI DETIK
Tanyalah seorang pelari yang meraih medali perak Olimpiade

Dan akhirnya, sadarkah Anda bahwa waktu terus berlalu ?
Siapkah Anda mempertanggungjawabkan kepada Alloh ?
bagaimana Anda menggunakan setiap mili detik waktu Anda ?

sumber : http://www.facebook.com/notes/luthfie-lasigma-alisyahbana/renungan-makna-waktu/366147790079

Sabtu, Desember 05, 2009

mes 2day

#5/12/09 18:44 Hanisah Fauziyyah
Apa kabar hati? Masihkah ia embun?
Merunduk d pucuk2 daun?
masihkah ia karang?
Berdiri tegar menghadapi gelombang ujian

Apa kabar iman?
Masihkah ia bintang?
Terang benderang menerangi kehidupan

Apa kabar saudaraku?
Dimanapun engkau berada
Semoga Allah senantiasa melindungi dan menjaga dirimu
hatimu dan imanmu
Hari ini dan untuk selamanya,,amin ;)

#5/12/09 12:41 Bds
shbtq bkn malaikat
ia tk bs terbang ke langit
tp ia selalu membantu q untuk terbang

shbtq bkn seorang jenius
tak bisa menghafal lebih dari 100 kata
tapi ia bisa menjelaskan dunia pada q

shbtq bukan pelawak
ia bukan badut
tapi ia bisa menghiburku

sahabat q bukan Tuhan
yg selalu mengabulkan harapanmu
tp ia membuat q mengerti kalo kami saling membutuhkan

Ma'an Najah

Ma'an Najah

Jazakallah khairan katsiran

Jazakallah khairan katsiran