Salam Dulu baru baca ^_^
Rabu, Juli 08, 2009
PengGangguRan BiNguN9
Syahdan, suatu hari, seorang pencari kerja mendatangi sebuah perusahaan. Singkat cerita, bertemulah ia dengan direktur perusahaan tersebut. Dengan terlebih dulu berbasa-basi, pencari kerja ini memulai pembicaraan dengan memperkenalkan diri.
"Pak, saya adalah lulusan sebuah perguruan tinggi terkenal di Bandung. Aktif berorganisasi, indeks prestasi bagus, dan menguasai tiga bahasa : Inggris, Arab, dan Jepang. Juga ahli komputer. Saya ingin bekerja di perusahaan Bapak. Pekerjaan apa saja saya mau. Pokoknya, berilah saya pekerjaan."
"Apakah Saudara betul-betul butuh pekerjaan dan serius akan bekerja di sini."
"Ya, Pak! Pokoknya pekerjaan apa saja saya mau."
"Baiklah kalau begitu. Besok Saudara pukul tujuh pagi, sudah datang ke kantor kami dengan persyaratan : pakai baju yang paling baik, celana yang paling baik, sepatu disemir yang paling mengkilat. Pokoknya, pakailah pakaian terbaik yang saudara miliki. Oh, ya, jangan lupa pakai dasi yang paling baik!".
Keesokan harinya si pelamar datang lagi. Ia tampak dengan dandanan dan penampilan terbaik sesuai permintaan sang direktur.
"Pekerjaan apa yang Bapak berikan kepada saya?" tak sabar ia menagih janji.
Sang direktur sedikit tersenyum. "Saya senang melihat Saudara ceria dan berpakaian rapi. Begini, di salah satu perusahaan saya dibutuhkan seorang manajer operasional yang kreatif. Ia akan mendapatkan gaji dan fasilitas yang sangat menyenangkan. Nah, apakah Saudara bersedia?"
Kontan si pelamar pucat pasi wajahnya. "Jangan, Pak, jangan... saya khan baru lulus. Belum banyak pengalaman, saya belum cocok dengan jabatan itu, Pak" ujarnya tergagap.
"Lho, katanya pekerjaan apa saja mau asal diberi pekerjaan?"
"Maksud saya, yang dari itu saja, Pak. Pokoknya apa saja saya mau. Asal jangan manajer operasional."
"Oh, begitu, besok pukul tujuh pagi Saudara datang lagi ke sini. Pakailah baju, celana, dan sepatu yang paling jelek. Bahkan kalau bisa pakai sandal jepit saja. Tentu saja yang paling jelek pula."
"Untuk apa, Pak?" Agak bingunglah dia.
"Ikuti saja persyaratan ini. Besok saya beri pekerjaan!".
Besoknya si pelamar datang lagi, sesuai persyaratan. Begitu dipersilahkan duduk, dari mulutnya langsung terlontar pertanyaan bernada grogi, "Bukan sebagai manajer operasional kan, Pak?"
"Oo, bukan... bukan! Bukan manajer operasional!"
"Jadi, pekerjaan apa, Pak?"
"Begini, di sebuah perusahaan saya ada seorang pegawai yang sudah dipensiunkan, yaitu tukang kebun. Apakah Saudara bersedia menggantikannya? Jangan kuatir, gaji dan fasilitas cukup menyenangkan."
Karuan saja kedua bola mata si pelamar kontan terbelalak. "Oalah, jangan, Pak. Kalau itu jangan! Saya kan sarjana, menguasai tiga bahasa, bisa komputer lagi. Masa bekerja jadi tukang kebun?"
"Lho, Saudara ini bagaimana? Katanya mau bekerja apa saja. Saya beri jabatan manajer opersional, menolak. Diberi pekerjaan sebagai tukang kebun, gengsi, lantas apa mau Saudara?"
"Pak, apakah tidak ada yang lain, selain kedua jabatan itu?" tanyanya dengan nada agak ragu.
"Oh, ada, ada. Apakah Saudara masih bersedia?"
"Bersedia, Pak!
"Pekerjaannya sederhana sekali. Yaitu, silahkan Saudara pulang dan besok menghadap saya. Saudara boleh pakai baju yang paling baik, tetapi boleh juga yang paling jelek. Pakai celana yang paling baik boleh, pakai yang paling jelek pun silahkan. Pakai sepatu yang terbaik boleh, pakai sandal jepit paling butut pun tidak dilarang. Pokoknya, pakai pakaian apa saja boleh!"
"Pekerjaan apa, Pak, nantinya?"
"Pekerjaannya adalah menganggur! Bukankah menganggur itu pekerjaan juga?" Si pelamar pun terhenyak.
Nampaklah, bahwa kadang-kadang kita sering bercita-cita tinggi, tetapi ternyata bermental diri rendah. Keinginan mengawang-ngawang, namun kemampuan alangkah payah. Ingin menjadi pribadi unggul, tapi malah banyak tidur mendengkur dan berwajah innocent (tanpa dosa) apabila diam menganggur.***
"Pak, saya adalah lulusan sebuah perguruan tinggi terkenal di Bandung. Aktif berorganisasi, indeks prestasi bagus, dan menguasai tiga bahasa : Inggris, Arab, dan Jepang. Juga ahli komputer. Saya ingin bekerja di perusahaan Bapak. Pekerjaan apa saja saya mau. Pokoknya, berilah saya pekerjaan."
"Apakah Saudara betul-betul butuh pekerjaan dan serius akan bekerja di sini."
"Ya, Pak! Pokoknya pekerjaan apa saja saya mau."
"Baiklah kalau begitu. Besok Saudara pukul tujuh pagi, sudah datang ke kantor kami dengan persyaratan : pakai baju yang paling baik, celana yang paling baik, sepatu disemir yang paling mengkilat. Pokoknya, pakailah pakaian terbaik yang saudara miliki. Oh, ya, jangan lupa pakai dasi yang paling baik!".
Keesokan harinya si pelamar datang lagi. Ia tampak dengan dandanan dan penampilan terbaik sesuai permintaan sang direktur.
"Pekerjaan apa yang Bapak berikan kepada saya?" tak sabar ia menagih janji.
Sang direktur sedikit tersenyum. "Saya senang melihat Saudara ceria dan berpakaian rapi. Begini, di salah satu perusahaan saya dibutuhkan seorang manajer operasional yang kreatif. Ia akan mendapatkan gaji dan fasilitas yang sangat menyenangkan. Nah, apakah Saudara bersedia?"
Kontan si pelamar pucat pasi wajahnya. "Jangan, Pak, jangan... saya khan baru lulus. Belum banyak pengalaman, saya belum cocok dengan jabatan itu, Pak" ujarnya tergagap.
"Lho, katanya pekerjaan apa saja mau asal diberi pekerjaan?"
"Maksud saya, yang dari itu saja, Pak. Pokoknya apa saja saya mau. Asal jangan manajer operasional."
"Oh, begitu, besok pukul tujuh pagi Saudara datang lagi ke sini. Pakailah baju, celana, dan sepatu yang paling jelek. Bahkan kalau bisa pakai sandal jepit saja. Tentu saja yang paling jelek pula."
"Untuk apa, Pak?" Agak bingunglah dia.
"Ikuti saja persyaratan ini. Besok saya beri pekerjaan!".
Besoknya si pelamar datang lagi, sesuai persyaratan. Begitu dipersilahkan duduk, dari mulutnya langsung terlontar pertanyaan bernada grogi, "Bukan sebagai manajer operasional kan, Pak?"
"Oo, bukan... bukan! Bukan manajer operasional!"
"Jadi, pekerjaan apa, Pak?"
"Begini, di sebuah perusahaan saya ada seorang pegawai yang sudah dipensiunkan, yaitu tukang kebun. Apakah Saudara bersedia menggantikannya? Jangan kuatir, gaji dan fasilitas cukup menyenangkan."
Karuan saja kedua bola mata si pelamar kontan terbelalak. "Oalah, jangan, Pak. Kalau itu jangan! Saya kan sarjana, menguasai tiga bahasa, bisa komputer lagi. Masa bekerja jadi tukang kebun?"
"Lho, Saudara ini bagaimana? Katanya mau bekerja apa saja. Saya beri jabatan manajer opersional, menolak. Diberi pekerjaan sebagai tukang kebun, gengsi, lantas apa mau Saudara?"
"Pak, apakah tidak ada yang lain, selain kedua jabatan itu?" tanyanya dengan nada agak ragu.
"Oh, ada, ada. Apakah Saudara masih bersedia?"
"Bersedia, Pak!
"Pekerjaannya sederhana sekali. Yaitu, silahkan Saudara pulang dan besok menghadap saya. Saudara boleh pakai baju yang paling baik, tetapi boleh juga yang paling jelek. Pakai celana yang paling baik boleh, pakai yang paling jelek pun silahkan. Pakai sepatu yang terbaik boleh, pakai sandal jepit paling butut pun tidak dilarang. Pokoknya, pakai pakaian apa saja boleh!"
"Pekerjaan apa, Pak, nantinya?"
"Pekerjaannya adalah menganggur! Bukankah menganggur itu pekerjaan juga?" Si pelamar pun terhenyak.
Nampaklah, bahwa kadang-kadang kita sering bercita-cita tinggi, tetapi ternyata bermental diri rendah. Keinginan mengawang-ngawang, namun kemampuan alangkah payah. Ingin menjadi pribadi unggul, tapi malah banyak tidur mendengkur dan berwajah innocent (tanpa dosa) apabila diam menganggur.***
Label:
Artikel IsLaMi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar